Bagaimana penggunaan kata yang lebih sopan antara 'jenengan' atau 'sampeyan' ?. Gambar : freepik

Bagaimana penggunaan kata yang lebih sopan antara 'jenengan' atau 'sampeyan' ?


Bagaimana penggunaan kata yang lebih sopan antara 'jenengan' atau 'sampeyan' ?. Gambar : freepik
02 Februari 2022 15:28
02/02/2022
1926
freepik

Bagaimana penggunaan kata yang lebih sopan antara 'jenengan' atau 'sampeyan' ?

dijogja.co -

Kata panjenengan tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa. Penggunaannya pun kerap dilontarkan dalam percakapan sehari-hari. Selain panjenengan, terdapat pula kata sampeyan yang memiliki arti sama.

Berdasarkan Kamus Bahasa Jawa-Indonesia Cetakan Pertama karya Eko Gunawan (2018: 221) arti kata "panjenengan" adalah kamu; engkau; Anda. Demikian pula "sampeyan" yang artinya juga kamu; engkau; Anda.

Namun, kedua kata tersebut berbeda secara penggunaan. Lebih jelasnya, berikut konteks penggunaan panjenengan dan sampeyan dalam percakapan sehari-hari.

Penggunaan Panjenengan vs Sampeyan

Dikutip dari buku Tingkatan Tutur Bahasa Jawa milik Soepomo Poedjosoedarmo (1999: 15), kata “panjenengan” tingkatannya lebih sopan dibandingkan dengan kata “sampeyan”.

Kata “panjenengan” termasuk dalam bahasa Jawa krama inggil. Sedangkan kata “sampeyan” termasuk dalam bahasa Jawa krama madya.

Kata “panjenengan” dipergunakan ketika seseorang bertemu dengan orang yang lebih tua atau sangat hormati. Sementara kata “sampeyan” digunakan ketika bertemu dengan orang yang sepantaran, sudah cukup kenal dan dekat, tetapi tetap berusaha untuk menghormatinya.

Agar tidak lagi keliru dalam menggunakan kata-kata bahasa Jawa, simak tingkatan penggunaannya di bawah ini.

Tingkatan Bahasa Jawa

Merujuk pada buku Cepat Terampil Membaca Aksara Jawa tulisan Eko Gunawan (2018: 45), berikut tingkatan bahasa yang digunakan dalam bahasa Jawa.

1. Krama Inggil

Krama inggil adalah tingkatan tertinggi dalam hierarki bahasa Jawa. Dahulu, krama inggil digunakan oleh kalangan priyayi atau keluarga keraton yang sangat dihormati, terutama oleh para abdi dalem kepada keluarga keraton. Jika pada kalangan biasa, krama inggil digunakan anak kepada orang tuanya.

Contoh:

  • Ibu tindak dhateng peken nitih sepeda

  • Simbah saweg dhahar sekul

  • Panjenengan kala wau sampun siram?

2. Krama Madya

Krama madya atau ngoko alus adalah tingkatan tengah dalam bahasa Jawa. Krama madya merupakan pencampuran krama inggil dengan ngoko.

Penggunaan madya lebih populer dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Meski ngoko, krama madya tidak terkesan kasar. Tingkatan ini sering digunakan karena faktor kemudahan bagi penuturnya.

Contoh:

  • Ibu tindak ning peken nitih sepeda

  • Simbah lagi dhahar sega

  • Sampeyan mau wis siram?

3. Ngoko

Tingkatan bahasa Jawa ngoko adalah tingkat terendah dalam hierarki bahasa Jawa. Biasanya digunakan oleh orang yang status sosialnya sama atau dari kedudukan tinggi ke rendah. Misalnya, orang tua kepada anaknya atau teman sepantaran.

Tingkatan ini juga sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ngoko terkesan kasar jika digunakan oleh seseorang yang memiliki status rendah ke yang lebih tinggi karena dianggap tidak hormat.

Contoh:

  • Aku lunga ning pasar numpak sepeda

  • Simbah lagi mangan sega

  • Kowe mau wis adus?

 

Sumber : kumparan.com

Iklan

Jasa Pembuatan Website Jogja tour Travel
Pasang Iklan Gratis

Mau Pasang Iklan? Email: hi@dijogja.co